MAKALAH
ASESMEN
PSIKOLOGI TESTING
TENTANG
PENGUMPULAN
DATA MELALUI TES
Disusun
Oleh :
Kelompok
7
1. Aida
Nurmala sari (13060031)
2. Erni
Walini (13060020)
3. Andri
Julianto (13060004)
BK
2013 A
Dosen
Pembimbing : Rila Rahma Mulyani, M.Psi, Psikologi
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2014
DAFTAR
PUSTAKA
Kasiram. 1984. Teknik Analisa Item. Surabaya:
Usaha Nasional
Zainal
Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Titin
dan Hermin. 2006. Asessmen Psikologi Teknik Tes. Jakarta: Rineka Cipta
www.assesmen psikologi teknik tes.com
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tes
pikologi merupakan hal yang sangat penting. Awalnya psikologi testing ini di
pakai di Amerika pada abad ke-19, disana industri meningkat pesat. Untuk
menyeleki tenaga kerja yang yang terampil sesuai dengan bidang yang ditentukan
maka dilakukanlah tes tersebut. Begitupun pada saat sekarang ini, tes psikologi
merupkan salah satu hal yang sangat penting bagi berbagai bidang kehidupan.
Dalam
pelaksanaan tes tersebut, tidak boleh sembaranagn orang yang boleh memberikan
tes tersebut. Orang yang berhak (tester) harus mempunyai hak yang telah
dilegalkan. Orang tesebut adalah psikolog. Hal iu dikarenakan, dalam
pelaksanaan tes tersebut harus ada aturan-aturan yang harus dipatuhi. Jika
aturan terebut dilanggar, maka hasil yang diharapkan tidak akan sesuai dengan
apa yang diinginkan.
Karena
latar belakang masalah diatas, penulis menjadi tertarik untuk membahas mengenai
pengumpulan data melalui tes, baik itu dari segi persiapan apa saja yang
diperlukan dalam pelaksanaan tes, bagaimana tahap pelaksanaan te, proses
penyekoran hasil tes, cara menafsirkan hasil tes dan cara pengkomunikasian
hasil tersebut kepada testee supaya tidak ada terjadi kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan tes tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Proses
Persiapan Pelaksanaan Tes
2. Tahap
Pelaksanaan Tes
3. Proes
Penyekoran Tes
4. Teknik
Penafsiran Hasil Tes
5. Pengkomunikasian
Hasil Tes
C.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
Mengetahui Proses persiapan pelaksanaan tes
2. Untuk
Mengetahui Tahap pelaksanaan tes
3. Untuk
Mengetahui Proes penyekoran tes
4. Untuk
Mengetahui Teknik Penafsiran Hasil Tes
5. Untuk
Mengetahui Cara Pengkomunikasian hasil tes
D.
Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui
Proses Persiapan Pelaksanaan Tes
2. Mengetahui
Tahap Pelaksanaan Tes
3. Mengetahui
Proes Penyekoran Tes
4. Mengetahui
Teknik Penafsiran Hasil Tes
5. Mengetahui
Cara Pengkomunikasian Hasil Tes
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Persiapan Pelaksanaan Tes
Hal-hal
yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan tes yaitu:
1. Testi
Testi adalah orang yang dikenai tes
psikologis. Testi yang diambil adalah testi yang bersedia mengikuti tes dengan
baik, dan menyesuaikan jumlah testi dengan tujuan pelaksanaan tes tersebut.
2. Tempat
Pelaksanaan Tes
Tester harus menyiapkan tempat pelaksaan
tes tersebut.
3. Waktu
Pelaksanaan Tes
Dalam pelaksanaan tes, waktu harus
selalu diperhatikan , supaya tidak terjadi tabrakan waktu dengan testi.
Terlebih dahulu tester harus membicarakan waktu pelaksanaan tes tersebut dengan
petugas tempat pelaksanaan tes tersebut (kalau ada), supaya tidak terjadi
tabrakan waktu pelaksanaan tes antara tester yang satu dengan tester yang lain.
Setelah itu barulah tester menghubungi testi untuk membuat kesepakatan mengenai
pelaksanaan tes psikologi tersebut.
4. Menyiapkan
Kelengkapan Tes
Tester perlu menyiapkan beberapa
kelengkapan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tes psikologi yaitu:
a. Buku
tes psikologi sesuai dengan jenistes yang diberikan (baik buku tes PM, tes DAT,
Tes Minat Jabatan, Tes EPPS, tes sikap SSCT, dll)
b. Lembar
jawaban tes (sesuai dengan jenis tes yang diberikan)
c. Stop
watch dan kertas buram
Beberapa
kelengkapan yang perlu disediakan oleh testi adalah:
a. Alat
tulis menulis
b. Alat
peraga jika diperlukan (sesuai dengan jenis tes)
5. Mempersiapkan
Ruangan
Sebelum menjalankan tes, yang perlu
dipersiapkan dengan baik adalah ruangan yang akan digunakan dalam dalam tes
psikologi. Keadaan ruangan yang dianggap layak untuk melakukan tes adalah
suasananya nyaman, jauh dari kebisingan, punya penerangan yang cukukp, serta
suhu udara yang sejuk dan ruangan yang dianggap layak untuk melakukan tes
psikologi.
Selain kondisi ruangan yang perlu
diperhatikan juga setting ruangan atau susunan tempat duduk dan meja. Susunannya
harus disesuaikan dengan bentuk tes yang akan dilakukan. Meja dan kursi disusun
dengan jarak tertentu untuk menjaga kemungkinan testi melakukan kerja sama
dalam mengerjakan tes psikologi. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk menjaga
agar hasil tes dapat betul-betul memberikan hasil yang objektif.
B.
Tahap
Pelaksanaan Tes
Adapun
tahap-tahap pelaksanaan tes baik secara individual maupun kelompok adalah
sebagai berikut:
1. Mengatur tempat duduk testi
2. Mempersilahkan testi untuk memasuki ruangan
3. Mempersilahkan testi duduk pada tempat yang telah ditentukan.
4. Menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya tes.
5. Membagi lembar jawaban dan menginstruksikan testi untuk mengisi identitas sebagaimana
yang tercantum dalam lembar jawaban.
6. Membagi buku tes dengan mengtakan "jangan membuka tes ini sebelum
diperintahkan".
7. Menjelaskan cara mengerjakan tes dan waktu pelaksaan tes tersebut.
8. Mempersilahkan testi untuk bertanya jika ada yang masih belum dipahami
dalam pelaksanaan tes tersebut.
9. Setelah testi mengerti cara mengerjakan tes barulah tester
mempersilahkan testi mengerjakan tes
10. Selama pelaksanaan tes berlangsung tester mengawasi testi yang sedang
mengerjakan tes.
11. Tester mengingatkan batas waktu yang tersisa (misalnya tinggal 5 menit),
bagi testi yangsudah selesai supaya memeriksa kembali jawabannya sebelum
diserahkan kepada tester.
12.
Menginstruksikan kepada testi untuk
berhenti bekerja setelah sampai batas waktu yang telah ditentukan (misalnya 30
menit).
13.
Mengumpulkan buku tes dan lembar jawaban.
14.
Menghitung kembali buku tes dan lembar
jawaban testi apakah sudah terkumpul semua sesuai jumlah testi.
15.
Tester mengucapkan terima kasih kepada
testi atas kesungguhannya dalam mengerjakantes yang diberikan.
16.
Tester mengucapkan terima kasih kepada
testi atas kesungguhannya dalam mengerjakantes yang diberikan.
17.
Mempersilahkan testi meninggalkan ruangan
testing
C.
Proses
Penyekoran Hasil Tes
Tata
cara penskoran merupakan langkah pertama dalam hasil tes siswa atau mahasiswa.
Penyekoran adalah suatu proses perubahan jawaban menjadi angka-angka
(mengadakan kuantifikasi). Nilai-nilai itu adalah dengan angka rentang (0-10,
0-100, atau 0-4) dan ada pula dengan huruf (A, B, C, D atau E).
Pengolahan
soal demi soal yaitu:
1. Pemberian
skor tes pada domain kognitif
2. Pemberian
skor tes pada domain afektif
3. Pemberian
skor tes pada domain psikomotor
Penyekoran
soal bentuk pilihan ganda (objektif) yaitu penyekoran tanpa ada koreksi
jawaban, penyekoran ada koreksi jawaban dan penyekoran dengan butir beda bobot.
Setelah itu melakukan penyekoran pada soal bentuk uraian objektif dan uraian
non-objektif. Kemudian dilakukan pembobotan soal bentuk campuran.
Setelah
melaksanakan kegiatan tes dan lembar jawaban peserta didik diperiksa kebenaran,
kesalahan, dan kelengkapannya, selanjutnya menghitung skor mentah untuk setiap
peserta didik berdasarkan rumus-rumus tertentu dan bobot setiap soal. Kegiatan
ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi kegiatan
pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, guru
harus menyusun pdoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berfikir
tentang strategi pemberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir
soal. Pedoman penskoran sangat penting disiapkan, terutama bentuk soal esai.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi subjectivitas penilai.
1.
Skor Mentah
a.
Cara memberi skor mentah
untuk tes uraian:
Dalam bentuk
uraian biasanya skor mentah dicari dengan menggunakan sistem bobot. Rumus
: skor = ∑X/∑S
Keterangan :
∑X =
jumlah skor
∑S =
jumlah soal
b.
Cara memberi skor mentah
untuk tes objektif
Ada dua cara
untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu :
1)
Tanpa rumus tebakan
(Non-Guessing Formula)
Biasanya digunakan apabila soal belum diketahui
tingkat kebaikannya. Caranya adalah menghitung jumlah jawaban yang betul saja.
Setiap jawaban yang betul diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul
2)
Menggunakan rumus tebakan
Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu
sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat
kebenarannya. Penggunaan rumus tebakan ini bukan karena guru sudah mengetahui
bahwa peserta didik itu menebak, tetapi tes bentuk objektif ini memang sangat
memungkinkan peserta didik untuk menebak.
Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah
sebagai berikut :
a)
Untuk item bentuk
benar-salah (true- false)
Rumus : S = R – W
Keterangan :
S = jumlah skor
R = jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
Contoh :
Seorang
peserta didik dites dengan sbentuk soal benar-salah sebanyak 30 soal. Ternyata
peserta didik tersebut dapat menjawab soal dengan benar 25 butir soal, berarti
jumlah jawaban yang salah ada 5 soal. Dengan demikian skor peserta didik yang
bersangkutan adalah: skor = 25 – 5 = 20
b)
Bentuk item pilihan
ganda (multiple choice)
Rumus : S = R – W/n -1
Keterangan :
S = skor yang
dicari
R = jumlah jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
N = jumlah alternatif jawaban yang
disediakan
1 = bilangan tetap
Contoh :
Seorang peserta didik dites dengan soal bentuk pilihan
ganda sebanyak 10 soal. Ternyata, peserta didik bisa menjawab soal dengan benar
sebanyak 7 soal, berarti jumlah jawaban yang salah adalah 3 soal. Jimlah
alternatif jawaban = 4. Dengan demikian skor peserta didik
adalah Skor = 7 – ¾ - 1 =6
c)
Bentuk soal
menjodohkan (matching)
Rumus : S =
R
Keterangan :
S = skor yang diperoleh anak
R = jumlah
jawaban yang benar
d)
Bentuk soal jawaban
singkat (short answer) dan melengkapi(completion)
Rumus : S =
R
Keterangan :
S = skor
yang diperoleh anak
R = jumlah jawaban
yang benar
2.
Skor Total (Total Score)
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari
seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formula).
Skor ini disebut skor mentah (raw score). Setelah dihitung skor mentah
setiap peserta didik, langkah selanjutnya adalah mengolah skor mentah tersebut
menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor dimaksudkan untuk menetapkan batas
lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi skor
terjabar (drived score) atau skor standar.
D.
Teknik
Penafsiran Hasil Tes
Setelah
diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa
menentukan prestasi belajar atau nilai peserta didik yang didasarkan pada angka
yang diperoleh setelah membagi skor dengan membagi soal, karena cara tersebut
dianggap kurang proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor
60, sementara skal nilai yang digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala
0-10 atau skala 0-5, maka skore tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu
menjadi skor standar sebelum ditetapkan sebagai nilai akhir. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya bahwa ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan pendekatan Penilaian Acuan Norma
(PAN).
1.
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada apa yang
dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa
yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari
suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh
peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman
sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan spesifik. Kriteria
yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai
sesudah selesai kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.
2.
Penilaian Acuan Norma (PAN).
Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor)
seorang peserta didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya
dengan hasil peserta didik lainya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik
dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui
kedudukan relatif seorang peserta didik di bandingkan dengan teman sekelasnya.
Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat
kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Langkah-langkah pengolahan data dengan pendekatan PAN
sebagai berikut :
a. mencari
skor mentah setiap peserta didik
b.
menghitung rata-rata (X) aktual dengan rumus :
X aktual = Md + ⌠∑fd/n⌡i
Keterangan :
Md = mean
duga
f = frekuensi
d = deviasi
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i = interval
c.Menghitung simpangan baku (s)
aktual dengan rumus:
s = ..........................
d.Menyusun
pedoman konversi
E.
Pengkomunikasian
Hasil Tes
Pengkomunikasian
hasil tes merupakan proses yang rasional dan objektif bagi konselor tetapi
hasil tes tersebut belum tentu disukai klien. Bagi konselor skor hasil tes
merupakan suatu diskripsi saja tetapi klien bisa saja menganggapnya sebagai
motifasi. Konselor harus mampu menafsirkan perasaan yang ditampilkan klien
setelah melihat hasil tes dalam usaha mengajak klien memahami dan menerima
hasil tes tersebut.
Konselor
perlu memberi tahukan implikasi dan kesimpulan dari hasil pengetesan.
Diperlukan pendekatan dalam pengkomunikasian dalam tes.
1.
Konselor melaporkan skor individu dalam beberapa
bentuk (yaitu presentil, kesetaraan tingkatan), memperlihatkan lembaran hasil
tes dan selanjutnya mengajak klien menafsirkan hasil yang diperolehnya.
2.
Konselor melaporkan skor yang diperoleh, menguraikan
beberapa implikasi, beberapa prediksi dan juga membuat rekomendasi.
3.
Konselor mengemukakan kesimpulan-kesimpulan, implikasi-implikasi,
prediksi-prediksi tetapi tidak mengemukakan referensi data tertentu yang mereka
buat, tidak memberikan penilaian terhadap skor tes dan juga tidak menunjukkan
profil hasil tes.
Contoh:
Seorang
konselor akan memberikan hasil tes kepada kliennya yang bernama Joni, tetapi
hasil tes tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Joni, sehingga
joni merasa kecewa. Kemudian konselor tersebut memberikan motivasi kepada joni
dan berkata “saya yakin kamu bisa mendapatkan hasil yang lebih baik daripada
ini”. Diharapkan dengan perkataan konselor seperti itu membuat Joni lebih
termotivasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam tes adalah testi, tanggal pelaksanaan tes, tempat
pelaksanaan tes, waktu pelaksanaan tes, kelengkapan tes dan ruangan
dilaksanakannya tes. Yang mana tes tersebut haru dilaksanakan sesuai dengan
tahapan dan ketentuan yang telah ditentukan.
Tata
cara penskoran merupakan langkah pertama dalam hasil tes siswa atau mahasiswa.
Penyekoran adalah suatu proses perubahan jawaban menjadi angka-angka
(mengadakan kuantifikasi). Nilai-nilai itu adalah dengan angka rentang (0-10,
0-100, atau 0-4) dan ada pula dengan huruf (A, B, C, D atau E). Ada dua
pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN).
Konselor
perlu memberi tahukan implikasi dan kesimpulan dari hasil pengetesan. Konselor
harus mampu menafsirkan perasaan yang ditampilkan klien setelah melihat hasil
tes dalam usaha mengajak klien memahami dan menerima hasil tes tersebut.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pedoman bagi
penulis dan pembaca mengenai pengumpulan data dan pengolahannya dalam tes
psikologis,