Kamis, 16 April 2015

MAKALAH
ASESMEN PSIKOLOGI TESTING

TENTANG
PENGUMPULAN DATA MELALUI TES



Disusun Oleh :
Kelompok 7

1.      Aida Nurmala sari       (13060031)
2.      Erni Walini                  (13060020)
3.      Andri Julianto             (13060004)

BK 2013 A

Dosen Pembimbing : Rila Rahma Mulyani, M.Psi, Psikologi




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2014


DAFTAR PUSTAKA

Kasiram. 1984. Teknik Analisa Item. Surabaya: Usaha Nasional


Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Titin dan Hermin. 2006. Asessmen Psikologi Teknik Tes. Jakarta: Rineka Cipta


www.assesmen psikologi teknik tes.com






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tes pikologi merupakan hal yang sangat penting. Awalnya psikologi testing ini di pakai di Amerika pada abad ke-19, disana industri meningkat pesat. Untuk menyeleki tenaga kerja yang yang terampil sesuai dengan bidang yang ditentukan maka dilakukanlah tes tersebut. Begitupun pada saat sekarang ini, tes psikologi merupkan salah satu hal yang sangat penting bagi berbagai bidang kehidupan.
Dalam pelaksanaan tes tersebut, tidak boleh sembaranagn orang yang boleh memberikan tes tersebut. Orang yang berhak (tester) harus mempunyai hak yang telah dilegalkan. Orang tesebut adalah psikolog. Hal iu dikarenakan, dalam pelaksanaan tes tersebut harus ada aturan-aturan yang harus dipatuhi. Jika aturan terebut dilanggar, maka hasil yang diharapkan tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Karena latar belakang masalah diatas, penulis menjadi tertarik untuk membahas mengenai pengumpulan data melalui tes, baik itu dari segi persiapan apa saja yang diperlukan dalam pelaksanaan tes, bagaimana tahap pelaksanaan te, proses penyekoran hasil tes, cara menafsirkan hasil tes dan cara pengkomunikasian hasil tersebut kepada testee supaya tidak ada terjadi kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tes tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Proses Persiapan Pelaksanaan Tes
2.      Tahap Pelaksanaan Tes
3.      Proes Penyekoran Tes
4.      Teknik Penafsiran Hasil Tes
5.      Pengkomunikasian Hasil Tes
C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Proses persiapan pelaksanaan tes
2.      Untuk Mengetahui Tahap pelaksanaan tes
3.      Untuk Mengetahui Proes penyekoran tes
4.      Untuk Mengetahui Teknik Penafsiran Hasil Tes
5.      Untuk Mengetahui Cara Pengkomunikasian hasil tes
D.    Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui Proses Persiapan Pelaksanaan Tes
2.      Mengetahui Tahap Pelaksanaan Tes
3.      Mengetahui Proes Penyekoran Tes
4.      Mengetahui Teknik Penafsiran Hasil Tes
5.      Mengetahui Cara Pengkomunikasian Hasil Tes



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Proses Persiapan Pelaksanaan Tes
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan tes yaitu:
1.      Testi
Testi adalah orang yang dikenai tes psikologis. Testi yang diambil adalah testi yang bersedia mengikuti tes dengan baik, dan menyesuaikan jumlah testi dengan tujuan pelaksanaan tes tersebut.
2.      Tempat Pelaksanaan Tes
Tester harus menyiapkan tempat pelaksaan tes tersebut.
3.      Waktu Pelaksanaan Tes
Dalam pelaksanaan tes, waktu harus selalu diperhatikan , supaya tidak terjadi tabrakan waktu dengan testi. Terlebih dahulu tester harus membicarakan waktu pelaksanaan tes tersebut dengan petugas tempat pelaksanaan tes tersebut (kalau ada), supaya tidak terjadi tabrakan waktu pelaksanaan tes antara tester yang satu dengan tester yang lain. Setelah itu barulah tester menghubungi testi untuk membuat kesepakatan mengenai pelaksanaan tes psikologi tersebut.
4.      Menyiapkan Kelengkapan Tes
Tester perlu menyiapkan beberapa kelengkapan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tes psikologi yaitu:
a.       Buku tes psikologi sesuai dengan jenistes yang diberikan (baik buku tes PM, tes DAT, Tes Minat Jabatan, Tes EPPS, tes sikap SSCT, dll)
b.      Lembar jawaban tes (sesuai dengan jenis tes yang diberikan)
c.       Stop watch dan kertas buram
Beberapa kelengkapan yang perlu disediakan oleh testi adalah:
a.       Alat tulis menulis
b.      Alat peraga jika diperlukan (sesuai dengan jenis tes)
5.      Mempersiapkan Ruangan
Sebelum menjalankan tes, yang perlu dipersiapkan dengan baik adalah ruangan yang akan digunakan dalam dalam tes psikologi. Keadaan ruangan yang dianggap layak untuk melakukan tes adalah suasananya nyaman, jauh dari kebisingan, punya penerangan yang cukukp, serta suhu udara yang sejuk dan ruangan yang dianggap layak untuk melakukan tes psikologi.
Selain kondisi ruangan yang perlu diperhatikan juga setting ruangan atau susunan tempat duduk dan meja. Susunannya harus disesuaikan dengan bentuk tes yang akan dilakukan. Meja dan kursi disusun dengan jarak tertentu untuk menjaga kemungkinan testi melakukan kerja sama dalam mengerjakan tes psikologi. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk menjaga agar hasil tes dapat betul-betul memberikan hasil yang objektif.

B.     Tahap Pelaksanaan Tes
Adapun tahap-tahap pelaksanaan tes baik secara individual maupun kelompok adalah sebagai berikut:
1.      Mengatur tempat duduk testi
2.      Mempersilahkan testi untuk memasuki ruangan
3.      Mempersilahkan testi duduk pada tempat yang telah ditentukan.
4.      Menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya tes.
5.      Membagi lembar jawaban dan menginstruksikan testi untuk mengisi identitas sebagaimana yang tercantum dalam lembar jawaban.
6.      Membagi buku tes dengan mengtakan "jangan membuka tes ini sebelum diperintahkan".
7.      Menjelaskan cara mengerjakan tes dan waktu pelaksaan tes tersebut.
8.      Mempersilahkan testi untuk bertanya jika ada yang masih belum dipahami dalam pelaksanaan tes tersebut.
9.      Setelah testi mengerti cara mengerjakan tes barulah tester mempersilahkan testi mengerjakan tes
10.  Selama pelaksanaan tes berlangsung tester mengawasi testi yang sedang mengerjakan tes.
11.  Tester mengingatkan batas waktu yang tersisa (misalnya tinggal 5 menit), bagi testi yangsudah selesai supaya memeriksa kembali jawabannya sebelum diserahkan kepada tester.
12.  Menginstruksikan kepada testi untuk berhenti bekerja setelah sampai batas waktu yang telah ditentukan (misalnya 30 menit).
13.  Mengumpulkan buku tes dan lembar jawaban.
14.  Menghitung kembali buku tes dan lembar jawaban testi apakah sudah terkumpul semua sesuai jumlah testi.
15.  Tester mengucapkan terima kasih kepada testi atas kesungguhannya dalam mengerjakantes yang diberikan.
16.  Tester mengucapkan terima kasih kepada testi atas kesungguhannya dalam mengerjakantes yang diberikan.
17.  Mempersilahkan testi meninggalkan ruangan testing

C.    Proses Penyekoran Hasil Tes
Tata cara penskoran merupakan langkah pertama dalam hasil tes siswa atau mahasiswa. Penyekoran adalah suatu proses perubahan jawaban menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Nilai-nilai itu adalah dengan angka rentang (0-10, 0-100, atau 0-4) dan ada pula dengan huruf (A, B, C, D atau E).
Pengolahan soal demi soal yaitu:
1.      Pemberian skor tes pada domain kognitif
2.      Pemberian skor tes pada domain afektif
3.      Pemberian skor tes pada domain psikomotor
Penyekoran soal bentuk pilihan ganda (objektif) yaitu penyekoran tanpa ada koreksi jawaban, penyekoran ada koreksi jawaban dan penyekoran dengan butir beda bobot. Setelah itu melakukan penyekoran pada soal bentuk uraian objektif dan uraian non-objektif. Kemudian dilakukan pembobotan soal bentuk campuran.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar jawaban peserta didik diperiksa kebenaran, kesalahan, dan kelengkapannya, selanjutnya menghitung skor mentah untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus-rumus tertentu dan bobot setiap soal. Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, guru harus menyusun pdoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berfikir tentang strategi pemberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir soal. Pedoman penskoran sangat penting disiapkan, terutama bentuk soal esai. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi subjectivitas penilai.
1.      Skor Mentah
a.       Cara memberi skor mentah untuk tes uraian:
Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan menggunakan sistem bobot. Rumus :    skor = ∑X/∑S


Keterangan :
∑X  = jumlah skor
∑S  = jumlah soal
b.      Cara memberi skor mentah untuk tes objektif
Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu :
1)      Tanpa rumus tebakan (Non-Guessing Formula)
Biasanya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya. Caranya adalah menghitung jumlah jawaban yang betul saja. Setiap jawaban yang betul diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul
2)      Menggunakan rumus tebakan
Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Penggunaan rumus tebakan ini bukan karena guru sudah mengetahui bahwa peserta didik itu menebak, tetapi tes bentuk objektif ini memang sangat memungkinkan peserta didik untuk menebak.
Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Untuk item bentuk benar-salah (true- false)
Rumus  : S = R – W
Keterangan :
S = jumlah skor
R = jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
Contoh :
Seorang peserta didik dites dengan sbentuk soal benar-salah sebanyak 30 soal. Ternyata peserta didik tersebut dapat menjawab soal dengan benar 25 butir soal, berarti jumlah jawaban yang salah ada 5 soal. Dengan demikian skor peserta didik yang bersangkutan adalah: skor = 25 – 5 = 20
b)      Bentuk item pilihan ganda (multiple choice)
Rumus : S = R – W/n -1


Keterangan :
S     =  skor yang dicari
R  =  jumlah jawaban yang benar
W  = jawaban yang salah
N   = jumlah alternatif jawaban yang disediakan
1    = bilangan tetap
Contoh :
Seorang peserta didik dites dengan soal bentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Ternyata, peserta didik bisa menjawab soal dengan benar sebanyak 7 soal, berarti jumlah jawaban yang salah adalah 3 soal. Jimlah alternatif jawaban = 4. Dengan demikian skor peserta didik adalah  Skor = 7 – ¾ - 1 =6
c)      Bentuk soal menjodohkan (matching)
Rumus : S = R
Keterangan :
S = skor yang diperoleh anak
R = jumlah jawaban yang benar
d)     Bentuk soal jawaban singkat (short answer)  dan melengkapi(completion)
Rumus : S = R
Keterangan :
S = skor yang diperoleh anak
R = jumlah jawaban yang benar
2.      Skor Total (Total Score)
Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formula). Skor ini disebut skor mentah (raw score). Setelah dihitung skor mentah setiap peserta didik, langkah selanjutnya adalah mengolah skor mentah tersebut menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi skor terjabar (drived score) atau skor standar.


                       
D.    Teknik Penafsiran Hasil Tes
Setelah diperoleh skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa menentukan prestasi belajar atau nilai peserta didik yang didasarkan pada angka yang diperoleh setelah membagi skor dengan membagi soal, karena cara tersebut dianggap kurang proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor 60, sementara skal nilai yang digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala 0-10 atau skala 0-5, maka skore tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum ditetapkan sebagai nilai akhir. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN).
1.      Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.
2.      Penilaian Acuan Norma (PAN).
Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil peserta didik lainya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relatif seorang peserta didik di bandingkan dengan teman sekelasnya. Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Langkah-langkah pengolahan data dengan pendekatan PAN sebagai berikut :
a. mencari skor mentah setiap peserta didik
b. menghitung rata-rata (X) aktual dengan rumus :
X aktual = Md + ⌠∑fd/n⌡i

Keterangan :
Md  = mean duga 
f    = frekuensi
d   = deviasi
fd  = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i    = interval
c.Menghitung simpangan baku (s) aktual dengan rumus:
s = ..........................
d.Menyusun pedoman konversi
E.     Pengkomunikasian Hasil Tes
Pengkomunikasian hasil tes merupakan proses yang rasional dan objektif bagi konselor tetapi hasil tes tersebut belum tentu disukai klien. Bagi konselor skor hasil tes merupakan suatu diskripsi saja tetapi klien bisa saja menganggapnya sebagai motifasi. Konselor harus mampu menafsirkan perasaan yang ditampilkan klien setelah melihat hasil tes dalam usaha mengajak klien memahami dan menerima hasil tes tersebut.
Konselor perlu memberi tahukan implikasi dan kesimpulan dari hasil pengetesan. Diperlukan pendekatan dalam pengkomunikasian dalam tes.
1.      Konselor melaporkan skor individu dalam beberapa bentuk (yaitu presentil, kesetaraan tingkatan), memperlihatkan lembaran hasil tes dan selanjutnya mengajak klien menafsirkan hasil yang diperolehnya.
2.      Konselor melaporkan skor yang diperoleh, menguraikan beberapa implikasi, beberapa prediksi dan juga membuat rekomendasi.
3.      Konselor mengemukakan kesimpulan-kesimpulan, implikasi-implikasi, prediksi-prediksi tetapi tidak mengemukakan referensi data tertentu yang mereka buat, tidak memberikan penilaian terhadap skor tes dan juga tidak menunjukkan profil hasil tes.
Contoh:
Seorang konselor akan memberikan hasil tes kepada kliennya yang bernama Joni, tetapi hasil tes tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Joni, sehingga joni merasa kecewa. Kemudian konselor tersebut memberikan motivasi kepada joni dan berkata “saya yakin kamu bisa mendapatkan hasil yang lebih baik daripada ini”. Diharapkan dengan perkataan konselor seperti itu membuat Joni lebih termotivasi.
































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam tes adalah testi, tanggal pelaksanaan tes, tempat pelaksanaan tes, waktu pelaksanaan tes, kelengkapan tes dan ruangan dilaksanakannya tes. Yang mana tes tersebut haru dilaksanakan sesuai dengan tahapan dan ketentuan yang telah ditentukan.
Tata cara penskoran merupakan langkah pertama dalam hasil tes siswa atau mahasiswa. Penyekoran adalah suatu proses perubahan jawaban menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Nilai-nilai itu adalah dengan angka rentang (0-10, 0-100, atau 0-4) dan ada pula dengan huruf (A, B, C, D atau E). Ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN).
Konselor perlu memberi tahukan implikasi dan kesimpulan dari hasil pengetesan. Konselor harus mampu menafsirkan perasaan yang ditampilkan klien setelah melihat hasil tes dalam usaha mengajak klien memahami dan menerima hasil tes tersebut.

B.     Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pedoman bagi penulis dan pembaca mengenai pengumpulan data dan pengolahannya dalam tes psikologis,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar